Oleh: Irnie Wanda – (puterariau.com)
Musik di Indonesia tidak hanya sekadar bunyi yang menyenangkan atau hiburan saja, melainkan ekspresi mendalam dari nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan struktur sosial masyarakat. Dalam berbagai kajian antropologi musik dan etnomusikologi, musik dipandang sebagai bagian dari sistem budaya yang mencerminkan kepercayaan, relasi sosial, dan kosmologi masyarakat. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang multikultural, menyimpan warisan musikal yang luar biasa luas—mulai dari musik ritual hingga praktik musikal kontemporer yang menggabungkan teknologi mutakhir.
Dalam perkembangannya, musik Indonesia tidak berhenti pada tradisi semata. Ia juga tumbuh dalam ruang kontemporer melalui kehadiran musik elektroakustik dan eksplorasi artistik lintas media. Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam dua ranah utama praktik musikal di Indonesia: musik tradisi Nusantara dan musik elektroakustik kontemporer. Keduanya memperlihatkan bagaimana musik menjadi ruang dinamis yang menampung kontinuitas sekaligus inovasi budaya.
Nilai Budaya dalam Musik Tradisi Nusantara
Musik tradisional di Indonesia tumbuh sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat. Fungsinya tidak hanya sebagai hiburan, melainkan juga sebagai bagian dari upacara keagamaan, ekspresi nilai moral, pendidikan informal, dan simbol identitas kolektif.
Pertama, nilai sakral dan spiritual tampak jelas dalam musik-musik ritual, seperti gamelan Bali yang digunakan dalam upacara Hindu. Musik dalam konteks ini bukan semata pertunjukan, melainkan sarana komunikasi dengan alam gaib dan entitas adikodrati. Fenomena ini menunjukkan bahwa musik dalam masyarakat tradisional seringkali menyatu dengan sistem kepercayaan lokal.
Kedua, musik tradisi mencerminkan nilai komunal dan sosial. Partisipasi kolektif dalam pertunjukan musik dan tari, seperti dalam tari Saman di Aceh atau karapan sapi di Madura, menunjukkan pentingnya harmoni sosial, gotong royong, dan keterlibatan komunitas. Musik menjadi sarana kohesi sosial dan alat untuk merawat solidaritas.
Ketiga, musik tradisi juga memuat nilai historis dan identitas kultural. Instrumen-instrumen seperti Sasando dari Nusa Tenggara Timur, Kolintang dari Sulawesi, dan Tifa dari Papua bukan hanya alat musik, tetapi juga penanda identitas etnis dan sejarah lokal. Melalui lagu-lagu rakyat dan syair-syair adat, musik menjadi arsip hidup yang mengabadikan pengalaman kolektif suatu komunitas.
Keempat, musik tradisional mengandung nilai edukatif dan moral. Lirik lagu anak-anak, syair adat, dan pola musikal tertentu digunakan sebagai medium pengajaran informal tentang tata krama, etika, dan nilai kehidupan. Musik dalam hal ini menjadi jembatan antara generasi dalam proses transmisi nilai budaya.
Nilai Budaya dalam Musik Kontemporer dan Elektroakustik
Sejak 1980-an, Indonesia memasuki fase baru dalam praktik musikal dengan munculnya musik elektroakustik. Musik ini lahir dari pertemuan antara teknologi suara dan eksplorasi artistik, dengan banyak komponis yang mencoba menggabungkan elemen-elemen lokal dengan teknologi digital dan akustik modern.
Musik elektroakustik mencerminkan nilai inovasi dan eksplorasi, terutama dalam penggunaan bunyi non-musikal seperti suara alam, lingkungan urban, atau instrumen tradisional yang diproses secara elektronik. Pendekatan ini membuka ruang baru dalam penciptaan musikal yang tidak terikat oleh konvensi melodi atau harmoni tradisional.
Selain itu, musik kontemporer memberi tempat pada nilai ekspresi individual dan interdisipliner. Komponis bebas menciptakan karya berdasarkan gagasan pribadi, dan sering bekerja sama dengan seniman dari disiplin lain seperti seni visual, tari, dan media digital. Hal ini melahirkan bentuk-bentuk seni suara yang multidimensi dan responsif terhadap perkembangan zaman.
Dialog antar Budaya
Dalam konteks global, musik elektroakustik juga berperan sebagai agen dialog antarbudaya dan diplomasi budaya. Melalui festival internasional, kolaborasi lintas negara, dan akses teknologi digital, karya-karya dari Indonesia menjadi bagian dari percakapan global tentang seni dan identitas.
Terakhir, musik elektroakustik berkontribusi terhadap nilai ekologis dan pelestarian bunyi lokal. Banyak karya berbasis field recording yang merekam dan mengarsipkan lanskap suara (soundscape) dari hutan, pesisir, pasar tradisional, hingga nyanyian adat. Praktik ini menjadi bentuk kesadaran ekologis dalam medium artistik.
Dialog Tradisi dan Inovasi
Seringkali, tradisi dan inovasi dianggap bertolak belakang. Namun dalam konteks Indonesia, keduanya justru saling melengkapi. Eksplorasi musik kontemporer dapat menjadi sarana pelestarian nilai-nilai tradisional dalam format baru. Sebaliknya, keberadaan tradisi memberi fondasi kultural yang kuat bagi penciptaan inovatif. Tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara melestarikan nilai budaya dan membuka ruang untuk eksperimen serta ekspresi baru, terutama di tengah pengaruh pasar dan arus teknologi global.
Diplomasi Budaya
Musik Indonesia adalah cerminan dari kekayaan nilai budaya bangsa. Baik dalam bentuk tradisional maupun kontemporer, musik menjadi medium yang menyatukan spiritualitas, solidaritas sosial, identitas kultural, pendidikan, dan bahkan diplomasi global. Memahami dan mengembangkan nilai-nilai ini bukan hanya penting bagi pelestarian warisan budaya, tetapi juga sebagai strategi kultural dalam merespons tantangan zaman. Dengan merawat nilai-nilai musik Indonesia, kita tidak hanya menjaga masa lalu, tetapi juga merancang masa depan yang berakar dan berdaya saing.***