Oleh : Wibisono
Pandemi Covid-19 telah memporak- porandakan kehidupan manusia di seluruh dunia. Berbagai negara sedang berjuang untuk mencegah dan memberantas virus corona dengan berbagai upaya. Sebagian negara ada yang menerapkan kebijakan ‘lockdown’ dan Indonesia pun sudah menerapkan aturan PSBB (Pambatasan sosial berskala Besar), social distancing dan fisical distancing serta untuk tinggal di rumah saja (#dirumahaja).
Menurut Anthony Fauci mengatakan awas kalau ada negara yang cepat-cepat membuka lockdown-nya pasti akan mengalami perburukan penularan covid-19 yang lebih dahsyat lagi.
Sedangkan WHO menyatakan tidak akan pernah ada vaksin sebelum akhir tahun 2021. Terus bagaimana kita bisa mengatasi virus corona ini ?
Pendapat Dr. David Nabarro seorang professor dari (global health di Imperial College London) dan sekarang sebagai special envoy WHO untuk covid-19 mengatakan bahwa kemungkinan besar tidak akan pernah ada vaksin yang efektif untuk corona. Memang ada penyakit-penyakit yang tidak ditemukan vaksinnya contohnya HIV- AIDS, Dengue. Maka kita harus bisa hidup berdamai dengan corona.
Sedangkan Bill Gates pun telah menyiapkan pembuatan Vaksin corona dalam waktu 18 bulan kedepan. Apa kita berharap dan menunggu vaksin yang akan diproduksi Bill Gate untuk mencegah virus corona ?
Kalau kita melihat negara China, Wuhan telah kembali memulai kehidupan baru setelah corona dan lockdown, dengan tanpa vaksin, tapi menggunakan obat tradisional.
Kata Presiden China, Xi Jinping, corona adalah perang. Bill Gates juga mengatakan ini seperti perang dunia ketiga, maka kita sekarang harus punya mindset (pola pikir) perang terhadap virus corona.
China menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi corona dari awal. Terus lakukan ‘Lockdown’ dan kemudian corona terhenti setelah itu, ekonomipun sudah mulai bangkit kembali.
Kita tidak perlu heran karena China negara dengan azas ‘otoritarian’ dan mempunyai dana yang luar biasa, maka dalam menghadapi emergency seperti wabah corona ini ‘desicion making’nya sangat efektif, komunikasi searah, sangat cepat tanpa kendala. Dan ini hampir tidak mungkin terjadi di negara-negara yang menganut azas demokrasi, yang selalu ada pro kontra dalam mengambil keputusan.
Bagaimana dengan Indonesia ? Kita sudah memasuki dua kali perpanjangan PSBB, yang diikuti PSBB di wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota, PSBB pun sekarang sudah dilonggarkan dengan mulai dibukanya moda transportasi udara. Akhirnya para pemudik pun pulang kampung, Bandara ramai diserbu oleh orang yang mudik, sedangkan pasar-pasar tradisional berjubel orang untuk berbelanja kebutuhan lebaran.
Pergerakan orang adalah sumbu pergerakan ekonomi, tapi bagaimana dengan penyebaran virus ? bukannya ini anomali ? Apakah ini sudah ada pembiaran dari negara (herd immunity) ?
Tentunya Negara tidak boleh abai terkait keselamatan rakyatnya. Kita harus berjalan diantara pilar yang seimbang, pergerakan orang dengan cara yang sehat, harus tetap pakai masker, jaga jarak, dan selalu cuci tangan, warga pun sudah banyak yang tidak disiplin dengan alasan ekonomi.
Untuk kesehatan rakyat, pihak Pemerintah hendaknya menyediakan sarana swab test molecular base made in Indonesia berdasar virus strain Indonesia karena lebih valid. BPPT sepertinya sudah siap, mudahkan warga untuk bisa menjangkaunya.
Siapkan pula primer untuk PCR di laboratorium, dengan basis virus yang bermutasi di Indonesia.
Kita harus merubah pola pikir. Pemerintah dan rakyat harus bersatu dalam satu komitmen bahwa kita harus memulihkan keadaan secepatnya, tanpa kita bisa mengabaikan kesehatan. Pemerintah dalam membuat kebijakan sebaiknya tidak memperberat beban rakyat, terakhir rakyat terguncang dengan kenaikan iuran BPJS. Bagaimana kelanjutannya….apakah kita harus menyerah ? Kita harus bangkit !
(Penulis : pengusaha dan pengamat kebijakan publik)