Internasional | puterariau.com,
Negara Amerika Serikat merasa sangat kecewa dan meradang dengan sikap China yang menolak dan menentang penyelidikan tahap dua yang diusulkan oleh WHO terkait asal usul corona, pada Kamis (22/7/2021) lalu.
Jauh sebelumnya pada mei 2021, presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memerintahkan pembantunya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang asal mula corona atau Covid-19.
Pada saat itu, ia mengungkapkan bahwa badan intelijen AS sedang mengejar teori saingan yang kemungkinan mencakup kebocoran laboratorium di China. Di sisi lain, WHO pada bulan Juli telah mengusulkan studi tahap kedua tentang asal mula corona di China, termasuk audit laboratorium dan pasar yang berada di Kota Wuhan dan meminta keterbukaan informasi dari pihak yang berwenang.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mempresentasikan rencana tersebut kepada negara-negara anggota pada pertemuan tertutup, Jumat (16/7/2021).
“Kita butuh informasi, informasi langsung seperti apa situasi lab ini sebelum dan di awal pandemi. Nanti kalau kita dapat informasi yang lengkap, kita bisa mengesampingkan itu. Salah satu tantangannya lagi, tantangan dari akses dan juga transparansi terkait hipotesis yang diajukan,” kata Ghebreyesus.
Biden mendukung penyelidikan tersebut selain investigasi versinya sendiri. Namun, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam konferensi pers menyampaikan bahwa China menolak penyelidikan tahap kedua.”Sikap mereka tak bertanggung jawab dan terus terang, berbahaya,” katanya.
Diberitakan sebelum seperti yang dilansir di reuters, Wakil Menteri Komisi Kesehatan China (NHC), Zeng Yixin kepada media menyebutkan China tidak akan mengikuti usulan WHO dan menentang politisasi studi asal usul corona. Menurutnya rencana WHO “mengabaikan akal sehat dan menentang sains”.
Zeng mengaku terkejut ketika pertama kali membaca rencana WHO itu karena mencantumkan hipotesis bahwa pelanggaran protokol laboratorium di China telah menyebabkan kebocoran virus selama penelitian.
“Kami berharap WHO secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus penyebab COVID-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik,” ujar Zeng.
Zeng, bersama dengan para pejabat lain dan pakar China pada konferensi pers, mendesak WHO untuk memperluas upaya penelusuran asal virus corona baru ke negara lain di luar China.
“Kami percaya kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan tidak perlu menginvestasikan lebih banyak energi dan upaya dalam hal ini,” kata Liang Wannian, pemimpin tim China untuk tim ahli gabungan WHO.
Namun, Liang mengatakan hipotesis kebocoran laboratorium tidak dapat diabaikan sepenuhnya tetapi menyarankan bahwa jika diperlukan bukti, negara-negara lain pun dapat melihat kemungkinan kebocoran dari laboratorium mereka.
Zeng kembali menegaskan sikap China bahwa sejumlah data tidak dapat sepenuhnya dibagikan karena pertimbangan privasi. Kasus COVID-19 yang pertama kali diketahui muncul di Kota Wuhan, China tengah pada Desember 2019.
Virus itu mulanya diyakini menginfeksi manusia dari hewan yang dijual sebagai makanan di sebuah pasar kota. Namun belakangan hal itu memicu penasaran dan tanda tanya besar.[***]
Source : reuters/suara.com