Jakarta, (PR)
Pelantikan Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan oleh Presiden Jokowi pada Rabu siang (23/10) di Istana Merdeka sebagai bagian dari kompromi politik dengan Parpol pendukung dan partai bukan pendukung.
Menurut pengamat publik Wibisono SH MH bahwa terkesan ada balas budi dalam susunan Kabinet Indonesia Maju. “Saya kira ini cara Partai-Partai mencari titik temu atau menyenangkan Partai-Partai koalisi. Juga balas budi Presiden Jokowi dengan para pendukungnya di tim kampanye yang lalu. Inipun tidak mudah juga meyakinkan Partai di luar koalisi termasuk Gerindra yang masuk ke Pemerintahan, makanya Pak Prabowo (Ketum Gerindra) diminta untuk masuk Kabinet,” ungkapnya.
Wibi menyebut beberapa perubahan terutama meningkatnya anggota Kabinet dari TNI/Polri dan dari Parpol. Dari TNI meningkat yang sebelumnya lima menjadi enam orang.
Distribusi Partai juga meningkat. Menurutnya, Presiden ingin Menterinya segera bekerja. “Beberapa pos petahana tetap dipertahankan. Saya catat ada 16 Menteri yang dipertahankan dan sebagian besar ada di Pos yang lama seperti Menkeu, Menteri KLH, Menteri perhubungan, Menkumham dan lainnya,” katanya.
Banyaknya Menteri lama yang dipertahankan, tak lepas dari dukungan Partai. Misalnya, Tjahjo kumolo, Pramono Anung, Siti Nurbaya, Airlangga, Yasonna Laoly dan lainnya.
Nama-nama yang dipandang memiliki kapasitas khusus justru duduk di Kementerian yang tidak berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki. Seperti mendikbud yang dipegang bos Gojeck Nadiem Makarim justru jadi aneh, padahal Nadiem dikenal piawai di ekonomi kreatif. Belum lagi Menteri Agama yang berasal dari militer. Ini pasti banyak orang yang kecewa terutama NU.
“Ada kesan dipaksakan formasinya. Bahkan ada Menteri yang sama sekali tidak pernah dikenal sebelumnya, jadi publik sulit mencari rekam jejak mereka,” kata Wibi.
Sementara itu sejumlah media asing, heboh menyoroti resminya Prabowo Subianto masuk ke dalam Kabinet. Pasalnya hanya dalam waktu beberapa bulan saja, rival Jokowi dalam Pilpres 2019 bisa menjadi Menteri alias menjadi “pembantu” Presiden.
Hal ini dimuat Reuters dalam artikelnya berjudul “Indonesia Cabinet Unveiled, Includes President’s Main Rival”.
Prabowo Subianto, mantan Jenderal kontroversial yang menjadi pemimpin oposisi Jokowi di periode pertama kabinet dan penantang tunggal dalam jajak pendapat April yang sengit akan menjabat sebagai Menteri Pertahanan,” tulis media tersebut.
Padahal, tulis Reuters, Prabowo awalnya menolak untuk mengakui kekalahannya dalam Pemilu Presiden April lalu.
Ia bahkan pergi ke Pengadilan konstitusi seraya menyuarakan adanya penipuan sistematis dan penyalahgunaan kekuasaan oleh Jokowi.
Hal senada juga ditulis media Australia, The Sydney Morning Herald dengan judul artikel “From enemies to allies in six short months: Jokowi to invite Prabowo into cabinet”.
“Dalam sebuah langkah yang tidak akan terpikirkan bahkan di dunia politik Canberra yang penuh gejolak, Prabowo Subianto, dikonfirmasi pada hari Senin bahwa ia akan bergabung dengan Kabinet baru,” tulis media ini.
Sang jurnalis, James Massola bahkan menambahkan komentar pedas seorang pengamat dari Universitas Urdoch Asia Ian Wilson. Di mana Jokowi dianggap memulai periode keduanya dengan kepemimpinan yang tragis dan lemah. (beni/pr)