PEKANBARU – Ancaman akan terjadinya kemacetan di kota-kota besar di Indonesia, menyusul tingginya populasi kendaraan pribadi setiap tahun, tidak akan benar-benar terjadi jika terobosan manajemen pengelolaan sistem transportasi yang baik bisa dilakukan.
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah menyiapkan angkutan massal yang dapat diandalkan dan mampu menekan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di jalan raya seperti Bus Rapid Transit (BRT).
BRT adalah moda transportasi massal berbasis bus yang mempunyai desain, pelayanan dan infrastruktur yang dikustomisasi untuk meningkatkan kualitas sistem dan menyingkirkan hal-hal seperti tertundanya kedatangan dan keberangkatan yang sering ditemui pada sistem bus biasa.
Sistem BRT pertama di dunia adalah Busway di Runcorn New Town, Inggris, yang mulai beroperasi pada 1971. Pada Maret 2018, total 166 kota di enam benua telah menerapkan sistem BRT, dengan total 4.906 km jalur BRT dan sekitar 32,2 juta penumpang setiap hari.
BRT menawarkan mobilitas, biaya terjangkau, jalur khusus, halte yang tertutup, sistem pembayaran di halte bus dan sistem informasi yang baik bagi penumpangnya.
Kota Pekanbaru termasuk salah satu dari enam kota di Indonesia yang akan menjadi percontohan dalam pengembangan BRT. Enam kota itu yakni Makassar, Pekanbaru, Batam, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Kemenhub RI bersama Gubernur Riau dan Wali Kota Pekanbaru sudah melakukan MoU terkait sinergi perencanaan dan pelaksanaan pengembangan koridor Bus Rapid Transit dengan jalur khusus di bawah proyek Sutri Nama dan Indobus pada 8 Oktober 2019 lalu.
Rencananya di Kota Pekanbaru akan dibangun BRT dengan lajur khusus yang akan dibawahi oleh Sustainable Urban Transport Programe Indonesia (Sutri Nama) dan Indonesiaan Bus Rapid Transit Corridor Development Project (Indobus).
Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Yuliarso menjelaskan, pengembangan BRT ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas warga dan mengurangi kemacetan di Pekanbaru. Sistem transportasi massal yang efisien dan modern ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi kota.
Dengan rencana ini, Pekanbaru tidak hanya berfokus pada peningkatan infrastruktur yang ada. Tetapi, Pemko Pekanbaru juga berusaha menghadirkan solusi transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dijelaskannya, Sutri Nama dan Indobus telah mendukung Kota Pekanbaru dengan melakukan berbagai kegiatan di antaranya, pengembangan kapasitas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Pekanbaru. Sutri Nama dan Indobus telah bekerja sama dengan Dishub, PUPR dan Manajemen Transportasi untuk meningkatkan kompetensi Pemko Pekanbaru mengenai pengembangan sistem transportasi.
Sutri Nama dan Indobus juga melakukan pendampingan teknis terkait pembuatan naskah akademik Perda terkait alokasi anggaran daerah yang akan digunakan untuk penyelenggaraan angkutan umum di Pekanbaru.
Selain itu, Sutri Nama dan Indobus juga sudah melakukan studi kelayakan untuk merancang sarana dan prasarana angkutan massal BRT, mengidentifikasi kebutuhan biaya, serta menganalisis manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan BRT.
Dirinya menegaskan bahwa komitmen ini juga diperlihatkan dengan menggelar FGD Sosialisasi Angkutan Massal Metropolitan Pekanbaru beberapa waktu lalu. Kegiatan ini berlangsung dua hari dengan menggandeng seluruh elemen masyarakat dan berbagai sektor.
Dalam perencanaannya, ada 15,8 kilometer koridor BRT dengan lajur khusus dan 23 unit stasiun BRT yang akan dibangun. Untuk rutenya, BRT akan melayani 9 rute dengan estimasi penumpang hingga 50 ribu perjalanan setiap harinya. Kemudian untuk titik integrasinya ada di Bandara SSK II Pekanbaru dan Terminal BRPS.
Untuk pembangunan infrastruktur tersebut, Pemko Pekanbaru harus mengeluarkan anggaran sekitar Rp850 miliar. “Pemko Pekanbaru optimis bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, pengembangan BRT di Pekanbaru dapat terwujud dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat, ” ujarnya. ***