fbpx
Example 728x250
Kep. Meranti

Nyawa Anaknya Melayang, Warga Meranti Laporkan Oknum Dokter RSUD Ke Polda Riau

757
×

Nyawa Anaknya Melayang, Warga Meranti Laporkan Oknum Dokter RSUD Ke Polda Riau

Sebarkan artikel ini

MERANTI, (puterariau.com)

Arga (5) seorang balita dari Pasangan Hendra (36) dan Rozita (34) warga jalan Manggis, Selatpanjang kota, Kecamatan Tebingtinggi, Meranti menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.

Merasa tidak puas hati dengan ulah Oknum Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru Akhirnya Hendra didampingi praktisi hukum kesehatan melaporkan Oknum dokter berinisial dr. FUB ke Polda Riau.

Dengan Laporan Polisi Nomor: LP/B/93/III/2023/SPKT/POLDA RIAU, pada Sabtu 03 Maret 2023 kemaren. Hendra dan Praktisi Hukum Kesehatan nya Dian Wahyuni.E,SKM.MM.MH.Kes telah resmi melaporkan kasus dugaan telah terjadi tindak pidana kesehatan, yang mengakibatkan anak kandungnya bernama Arga (5) meninggal dunia.

Kepada Wartawan ceritanya seperti yang disampaikan Praktisi Hukum Kesehatan Dian Wahyuni.E,SKM.MM.MH.Kes melalui berkas yang dikirimkan kepada Wartawan, Rabu (08/03/2023) siang menyampaikan awal mula almarhum (Anak Korban) baik-baik saja seperti anak pada umumnya. Namun, di bagian bahu sebelah kanan terlihat adanya Pembengkakan sebesar kelereng.

Selanjutnya, orang tua dari anak tersebut merasa risau dan almarhum langsung di bawa ke RSUD Kepulauan Meranti oleh ayahnya untuk mendapat perawatan medis.

“Sesampainya di sana (RSUD Meranti,red) dilakukan Operasi oleh dr. Indra dan singkat cerita setelah operasi kondisi pembengkakan di bahu almarhum semakin membesar dan mengalami infeksi,” katanya.

Setelah itu, ditambahkan Dian Wahyuni dr. Indra menganjurkan kepada pihak keluarga almarhum kalau anaknya harus dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dikarenakan Peralatan Medis di RSUD Meranti terbatas sehingga agak susah untuk menangani penyakit yang di alami almarhum Arga.

Didampingi Hendra orang tua Korban, Dian Wahyuni menjelaskan setelah dirujuk ke RSUD Arifin Achmad pada hari Kamis 12/01/2023 lalu, almarhum langsung masuk ke IGD lalu dilakukan CT SCAN yang ke 1, dan pemasangan Infus, di Swab, serta ke Labor untuk diambil darah Almarhum.

“Lebih dari 6 jam Almarhum dibiarkan di ruang IGD. Setelah itu baru masuk ke ruang edelweiss (Rawat Inap) dan barulah ditangani dokter Poli Bedah Anak bernama Dr.Ismar. SP. B,Sp. BA,” ujarnya.

Selanjutnya, pada Jum’at (13/01/2023) pihak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengambil sampel pada bahu sebelah kanan Almarhum dan diantar sampel tersebut ke Labor. Dan menurut pihak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru hasil dari sempel tersebut akan keluar pada tanggal (23-01-2023).

Setelah itu, pada hari Sabtu (18/01/2023) lalu Almarhum kembali diambil sampel CT SCAN Ke 2 Thorax, dada, kepala dan seluruhnya. Setelah dilakukan pergantian perban pasca bedah, berdasarkan perintah dari dr.Ismar yang merupakan salah satu Dokter di ruang edelweis menyuruh pulang dan menganjurkan almarhum untuk berobat jalan sambil menunggu hasil labor keluar.

Ditambahkan Dian Wahyuni menurut pengakuan Hendra kalau dirinya melihat kondisi anaknya tidak memungkinkan untuk dirawat jalan ditambah lagi pasien yang datang dari jauh yakni dari kepulauan Meranti.

“Ayah Almarhum sempat memohon-mohon kepada petugas di ruang edelweiss agar anak ketiganya itu dapat di rawat inap agar mudah untuk pengawasan kondisi anak. Tetapi pemohonnya ditolak dan tetap disuruh pulang dan berobat jalan, serta mengusir keluar dari RSUD Arifin Achmad,” jelasnya.

Dikarenakan pada Senin (23/01/2023) lalu ada hari libur bersama, Kemudian sang ayah pada hari Selasa (24/01/2023) pagi mendatangi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan langsung ke bagian labor untuk mengambil hasil Labor (Sempel anaknya,red) namun ayah almarhum bukanya mendapat atau menerima hasil labor malah dianggap ayah almarhum kurang efektif.

“Ayah Almarhum disuruh pergi ke bagian labor untuk mengembalikan hasil labor dari sampel yang diambil pada tanggal (13-01-2023) untuk diperiksa ulang. Karena dianggap kurang efektif kata dr.Isma, oleh petugas labor meminta kepada ayah almarhum untuk datang mengambil hasilnya tanggal (30-01-2023),” terangnya.

Selanjutnya pada hari Senin (30-01-2023) pagi sang ayah kembali mendatangi labor untuk mengambil hasil sampel yang di review ulang.

“Pergi ke Labor mau ambil hasil, tiba-tiba dokter Poli Bedah Anak Dr.Ismar. SP memberikan rekomendasi untuk di konsultasikan ke bagian Poli Onkologi bernama dr.Fathar Usman Bunawar.SpB (K) Onk, tanpa ada penjelasan tentang kondisi almarhum dan hasil labor kepada orang tuanya (edukasi tidak dilakukan),” jelasnya.

Setelah menjumpai dr.Fathar Usman Bunawar.SpB (K) Onk, lanjut cerita dari Dian Wahyuni yang mana dr.Fathar menyuruh CT SCAN ulang lagi dan menyuruh ke ruang radiologi dan ke ruang anastesi untuk di jadwalkan lalu menyuruh ke labor ambil darah anak.

“Ia (dr.Fathar) menyampaikan semua harus di ulang dikarenakan tidak bisa pakai acuan yang sudah ada atau yang lama dari dr.Ismar dan dijadwalkan tanggal (09-02-2023) dan mengarahkan kalau ada apa-apa bawa ke IGD,” bebernya.

Tak sampai disitu, pada hari Rabu (08/02/2023) tanpa memberitahu kepada keluarga almarhum pukul 07:00 WIB pagi mendaftar dan urusan administrasi. Sekitar pukul 09:00 WIB sudah di Poli Onkologi dan pukul 11:00 WIB baru bisa bertemu dr.Fathar.

“Disaat itu, orang tua Almarhum mencoba meyakinkan dengan salah satu perawat bernama Mimi agar anaknya tidak dilakukan CT SCAN ulang, dengan usia anak belia sekecil itu berulang kali dilakukan CT SCAN sangat beresiko, dengan bahasa percakapan antara orang tua Almarhum dengan perawat ‘buk saya membawa hasil CT SCAN yang lama apakah bisa dipakai yang ini saja hasil pada tanggal (12-01-2023) dan tanggal (18-01-2023),” ucap Dian Wahyuni seraya menyampaikan apa yang diceritakan ayah Almarhum kepada perawat.

Namun, Perawat yang bernama Mimi tersebut mengatakan kalau hal tersebut (Keinginan Ayah Almarhum,red) tidak bisa dikabulkan dikarenakan dr.Fathar tetap minta CT SCAN yang baru, Apa yang disuruh itu yang dilakukan sesuai arahan.

Setelah itu, Ayah Almarhum pergi ke ruang Poli anak membawa kertas tanpa ada penjelasan, dan kembali pergi ke ruang anastesi mengantar berkas dari dr.Fathar ini. lalu ke ruang anastesi lagi sesuai jadwal (09-02-2023) dan pukul 14:45 WIB, kembali lagi ke ruang poli onkologi tetapi dr.Fathar belum ada (belum masuk karena habis cuti). Kemudian perawat Mimi menyuruh orang tua Almarhum ke ruang Dahlia karena besok pagi mau CT SCAN dan lain-lain.

Selanjutnya, setiba di diruang Dahlia pukul 15: 00 WIB salah satu perawat atau dokter laki-laki saat itu juga merasa heran dan mengatakan, anak bapak kan sudah di CT SCAN kenapa harus di CT SCAN lagi. Lalu ia menghubungi dr.Fathar menyampaikan bahwa pasien sudah di CT SCAN kenapa di CT SCAN lagi.

“Sekitar pukul 17:00 WIB ayah Almarhum
disuruh pulang bawa anak saya dan tidak bisa rawat inap disini, dan disuruh datang lagi oleh dr.Fathar pada hari Senin (13/02/2023) dan membawa hasil CT SCAN yang lama tanggal (18/01/2023),” ungkapnya.

Setelah itu, pada hari Senin (13/02/2023) pukul 07:00 WIB pagi mendaftar ke loket, sekira pukul 09:00 WIB bertemulah antara Ayah Almarhum dengan dr.Fathar lalu ayah almarhum menyerahkan hasil CT SCAN yang pernah di tolak nya akhirnya itu juga yang digunakan.

Saat itu dr.Fathar “Menyampaikan jadwal untuk tanggal (15/02/2023) dilakukan Swab dan tanggal (16-02-2023) dilakukan ambil sampel dikamar operasi. Dan datang pukul 07:00 WIB pagi harus ada di kamar operasi lalu menyuruh pulang.

Sementara itu, pada hari Selasa (14/02/2023) sekitar pukul 10:00 WIB pagi tiba-tiba almarhum mengalami sesak nafas dan bawa ke IGD. Mendengar informasi itu ada pasien asal meranti di untuk mendapat pertolongan medis diperlakukan seperti bola di opor kesana sini salah satu anggota DPRD Provinsi Riau diruang IGD sempat marah kepada petugas di IGD.

“liat lah kondisi anak ini, kenapa kalian tidak menumpang nginap merawatnya, kenapa dikasih pulang terus, dimana letak hati nurani kalian,” kata anggota DPRD didepan keluarga almarhum.

Saat itu petugas IGD melakukan pemeriksaan hanya menggunakan alat yang di jepit di jari tangan almarhum dan tidak dipasang O2. Dokter IGD mengatakan tidak apa-apa. sekira pukul 11.30 WIB dokter IGD menyuruh pulang, begitu juga pada hari Rabu (15/02/ 2023) mendaftar ke loket kemudian lanjut ke Labor tes SWAB lalu disuruh pulang.

Setelah itu, pada Kamis (16/02/2023) dan berjam-jam menunggu dan sekitar pukul 10:00 WIB dr.Fathar tiba dan mengambil sempel dan dilakukan dikamar operasi lalu di tutup dan hanya pakai perban saja dan tidak di jahit. Sementara ayah Almarhum berfikir kenapa pada saat dr.Ismar yang saat itu sempat merawat anaknya di jahit setelah itu ambil sampel.

Setelah itu, dr.Fathar menyuruh antarkan sampel ke labor dan saat itu juga sang ayah almarhum kembali meminta tolong kepada dr.Veenda Herlina Pertiwi, Mars,Sp.PA agar hasilnya di percepat karena jangan sampai hasilnya berminggu-minggu keluar.

“Pihak keluarga belum tau hasilnya, dan mereka tidak tega melihat buah hati mereka merasakan kesakitan itu. Saat itu juga, dr.Veena menyampaikan “Nanti kita bantu, dan tinggalkan saja no HP (Handphone),” jelas Dian Wahyuni.

Lanjut cerita, Sabtu (18/02/2023) pagi almarhum kembali masuk ke IGD dengan kondisi sesak nafas dan Kejang-kejang. Petugas IGD menyuruh daftar dulu baru di tolong tindakan belum bisa dilakukan untuk pasien karena orang tua belum mendaftar ke loket dikarenakan kondisi pagi itu ramai hampir 2 jam baru selesai.

“Almarhum baru bisa dilakukan tindakan pasang 02, Infus. kemudian ayah almarhum diminta tanda tangan persetujuan pasang selang ke mulut anak namun anak tidak ada respon dokter IGD dan petugas menekan-nekan perut anak, sekira pukul 13.00 WIB dokter menyampaikan bahwa anaknya sudah meninggal dunia,” katanya.

Ditambahkan, Dian Wahyuni yang anehnya pada surat kematian anaknya di tulis pukul 12:15 WIB meninggal dunia di IGD. Sementara yang menjadi tanda tanya lagi semenjak anaknya masuk IGD sampai meninggal dunia dr.Fathar dan dr.Ismar tidak datang melihat kondisi anaknya yang mana selama 35 hari merekalah dokter yang menangani anaknya.

Setelah itu, pada Senin (27/02/2023) petugas labor memberikan informasi melalui pesan WhatsApp kepada pihak keluarga dengan mengatakan telpon keluarga korban sudah 3 hari di telpon tidak bisa untuk menyampaikan pesan kalau hasil labor korban sudah keluar. Padahal, pihak RSUD tidak ada menghubungi mereka, menurut pihak keluarga Justru nomor Telepon pihak RSUD bagian labor yang yang diberikan kepada pihak keluarga lah tidak bisa di telpon, dan di balas WhatsApp nya.

“Atas peristiwa dan kejadian ini, pihak keluarga sangat kecewa dan sehingga melaporkan hal tersebut ke Mapolda Riau, tentang ketidakpuasan atas pelayanan di RSUD Arifin Achmad yang berujung tentang sengketa medis,” pungkasnya.

Sementara itu terkait hal tersebut pihak menajemen RSUD Arifin Achmad hingga berita ini diterbitkan belum bisa diminta keterangan. (Rilis/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *