PUTERARIAU.com – Pasca terjadinya gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,5 SR di daerah Sand Point, Alaska yang terjadi pada Selasa (20/10/2020 tepatnya pukul 06.10 WIB waktu setempat. National Tsunami Warning Center Amerika Serikat memberikan peringatan Tsunami.
“Kita masih menunggu apakah ada gelombang yang mungkin akan dihasilkan,” kata Scott Langley dikutip dari CNN.
Pusat gempa tercatat kurang dari 60 mil dari Sand Point, dekat Semenanjung Aleut Peninsula. Tidak lama berselang terjadi gempa susulan kembali terjadi dengan kekuatan 5,9 M dan 5,8 M terjadi dalam satu jam setelah gempa besar.
Sebelumnya sekelompok ilmuwan sempat menuliskan terjadinya Mega Tsunami dahsyat yang dipicu oleh longsoran batu akibat pencairan gletser di Alaska akan datang dalam dua dekade mendatang. Hal ini bisa terjadi dalam 12 bulan ke depan.
“Kami, sekelompok ilmuwan dengan keahlian dalam perubahan iklim, tanah longsor, dan bahaya tsunami, telah mengidentifikasi ketidakstabilan di atas kaki Gletser Barry di Barry Arm yang berpotensi menimbulkan tsunami,” ujar kata ilmuwan, dikutip dari NYPost Selasa (20/10/2020) lalu.
Wilayah ini telah mengalami penyusutan gletser yang menyebabkan ketidakstabilan di lereng gunung Barry Arm. Mencairnya es akan memicu longsornya batuan yang tak stabil.
Menurut media AS NYPost, surat terbuka dari sekelompok ilmuwan sudah diberikan ke Departemen Sumber Daya Alam Alaska (ADNR) Mei 2020. Area yang disebut ‘berbahaya ‘ adalah Prince William Sound di sepanjang pantai selatan Alaska AS.
Meskipun potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, masih banyak yang tidak diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana ini bisa terjadi.
“Kami yakin tsunami yang diakibatkan oleh tanah longsor ini mungkin akan terjadi dalam tahun depan, dan kemungkinan besar dalam 20 tahun.” ujar ilmuwan.
Ini juga bisa membahayakan baik nelayan ataupun wisatawan. Apalagi Prince William Sound adalah daerah terpencil namun sering dikunjungi kapal – kapal termasuk kapal pesiar.
Para peneliti menyebut longsor akan memicu gelombang raksasa tak cuma di Alaska tapi juga di Greenland. Sebelumnya akibat longsor di Taan Fiord, wilayah lain gletser Alaska, tsunami mencapai 633 kaki (sekitar 192 meter). Barry Arm memiliki lereng lebih besar dan potensi tsunami diprediksi lebih dari itu.
Sementara itu, ahli geofisika dari Ohio State University mengatakan kepada NASA Earth Observatory bahwa sulit mempercayai angka – angka itu pada awalnya. Namun berdasarkan sejumlah hal, bisa saja puing yang dilepas Barry Arm lebih banyak.
“Berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang tergelincir, dan sudut kemiringan, kami menghitung bahwa keruntuhan akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing dan 11 kali lebih banyak energi,” ujar Chunli Dai, dikutip dari media yang sama.
Pemantauan hingga kini terus dilakukan para ilmuwan. Guna melihat sinyal peringatan dini longsor dan tsunami yang mungkin bisa terjadi. (****)