fbpx
Example 728x250
Seputar Indonesia

Pasien Covid-19 Ditolak dan Dipukuli Warga Di Toba Sumatera Utara

560
×

Pasien Covid-19 Ditolak dan Dipukuli Warga Di Toba Sumatera Utara

Sebarkan artikel ini

SUMATERA UTARA | puterariau.com,

Media sosial diramaikan dengan adanya video penganiayaan terhadap pasien Covid-19. Pria tersebut bernama Salamat Sianipar (45) yang merupakan warga Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumut, dianiaya warga setempat. Penganiayaan ini terjadi diduga karena warga menolak Salamat yang merupakan pasien Covid-19 isolasi mandiri di rumah.

“Mulanya tulang (paman) saya mengeluh hilang penciuman dan perasa, bersama dengan salah satu pekerjanya yang sama-sama bekerja di bengkel,” kata keponakan Salamat, Jhosua Lubis saat menjelaskan kepada wartawan melalui sambungan telepon, Sabtu (24/7/2021).

Lebih jauh Jhosua menjelaskan, Salamat lalu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setempat dan hasilnya dinyatakan positif Covid-19. Dia dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk melakukan isolasi mandiri.

“Karena gejala ringan, jadi dianjurkan petugas kesehatan untuk isolasi mandiri di rumah. Dan tulang saya menurutinya,” ujar Jhosua.

Namun, oleh aparat desa, pamannya ditempatkan di sebuah gubuk di dalam hutan yang berada jauh dari desa. Beberapa hari di sana, Salamat merasa depresi hingga memutuskan kembali ke rumah pada Kamis (22/7/2021) lalu.

“Tulang saya sempat dijauhkan dan dibuat di gubuk di dalam hutan. Rupanya dia tidak tahan dan depresi, makanya kembali ke rumah. Nah, saat itulah masyarakat setempat datang dan memaksa tulang saya dan terjadilah aksi yang sangat tidak manusiawi itu. Kejadiannya pada Kamis, 22 Juli 2021,” kata Jhosua.

Jhosua mengatakan, perlakuan warga sangat tidak manusiawi. Pamannya diseret dalam kondisi tubuh terikat, kemudian dipukuli seperti hewan. Ia menilai, kejadian itu disebabkan kurangnya informasi masyarakat setempat mengenai Covid-19.

“Saya sangat miris sekali. Makanya saya posting di Instagram biar ada keadilan buat tulang saya. Dan ini harus diproses secara hukum. Covid-19 bukanlah aib. Jadi minimnya informasi yang membuat masyarakat seperti itu. Dan saya sangat berharap kejadian itu bisa diusut tuntas, apalagi informasi ada aparat desa yang juga ikut melakukan dalam video tersebut,” ujar Jhosua.[***]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *