fbpx
Example 728x250
Pekanbaru

Peneliti Muda Riau : Akademisi Universitas Hang Tuah Pekanbaru Kembangkan Prototipe Smart Fire Prediction Tool Sebagai Deteksi Dini Kebakaran Hutan

35
×

Peneliti Muda Riau : Akademisi Universitas Hang Tuah Pekanbaru Kembangkan Prototipe Smart Fire Prediction Tool Sebagai Deteksi Dini Kebakaran Hutan

Sebarkan artikel ini

Pekanbaru, 3 Oktober 2025 – Tim peneliti dari Universitas Hang Tuah Pekanbaru, yang di Ketuai Oleh Assoc. Prof. Dr. Reno Renaldi, M.Kes, Uci Rahmalisa, S.Kom., M.Kom., Rizer Fahlepi, S.T., M.Kom dan bantu tenaga Teknis IT yuda Irawan. S.Kom. M.Kom.

Mengembangkan prototipe inovatif bernama Smart Fire Prediction Tool. Prototipe ini didanai melalui hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan dikembangkan bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekanbaru serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Riau. Pengujian lapangan telah dilakukan pada 3 Oktober 2025 di lapangan Kantor BPBD Pekanbaru.

Di tengah ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus mengintai Riau, Smart Fire Prediction Tool memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) yang terintegrasi dengan model kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi dini risiko kebakaran. Alat ini menggunakan sensor seperti anemometer (pengukur kecepatan angin), tipping bucket (pengukur curah hujan), dan SHT31-D (sensor suhu dan kelembaban) untuk memantau kondisi lingkungan secara real-time. Data yang terkumpul diolah oleh model AI untuk menghasilkan prediksi yang lebih akurat. “Model ini bekerja seperti tim ahli yang berkonsultasi untuk menghasilkan diagnosis terbaik, sehingga mengurangi kesalahan prediksi,” jelas Uci Rahmalisa, anggota tim ahli informatika.

Menurut data tahun 2025, kebakaran hutan di Indonesia masih tinggi meskipun musim kemarau lebih basah dari biasanya, dengan luas lahan terbakar mencapai 218.000 hektare secara nasional. Di Riau, lonjakan titik panas (hotspots) signifikan, dengan 1.000 hektare lahan terbakar dalam 24 jam pada akhir Juli 2025, 790 hotspots terdeteksi, dan 44 tersangka kasus pembakaran ditangkap. Daerah rawan seperti Kampar, Siak, Bengkalis, dan Rokan Hilir kehilangan lebih dari 100 hektare lahan, menyebabkan asap tebal yang mengganggu kesehatan masyarakat dan aktivitas ekonomi. “Kebakaran hutan sering dipicu oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, tetapi dampaknya bersifat global, mulai dari hilangnya biodiversitas hingga emisi karbon yang memperburuk perubahan iklim,” ujar Dr. Reno Renaldi, ketua tim peneliti.

Pengujian lapangan bersama BPBD Kota Pekanbaru disambut baik oleh Kepala Pelaksana BPBD, Iwa Gemino. Beliau menyatakan bahwa alat ini tidak hanya memberikan manfaat teknis, tetapi juga meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, mengurangi risiko korban jiwa, dan melindungi ekosistem. Dari sisi ekonomi, Smart Fire Prediction Tool memiliki potensi pasar yang besar, mulai dari instansi pemerintah hingga perusahaan kehutanan swasta seperti Hutan Tanaman Industri (HTI). Model bisnis yang diusulkan mencakup penjualan perangkat keras, langganan layanan pemantauan berbasis cloud, dan kemitraan dengan UMKM peduli lingkungan. “Inovasi ini dapat direplikasi secara nasional untuk mendukung target pemerintah mencapai nol karhutla pada 2030,” tambah Reno, merujuk pada inisiatif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Prototipe ini merupakan pengembangan dari sistem CC-IoT yang memiliki akurasi deteksi api hingga 93%. Dengan tambahan AI, Smart Fire Prediction Tool mengatasi keterbatasan data BMKG yang sering memiliki nilai hilang (missing values), sehingga prediksi menjadi lebih presisi. Inovasi ini menjadi bukti bahwa teknologi tidak hanya sekadar alat, tetapi juga solusi untuk melindungi lingkungan. Seperti pepatah, “Mencegah lebih baik daripada memadamkan,” Smart Fire Prediction Tool adalah langkah nyata menuju pencegahan bencana karhutla.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *