fbpx
Example 728x250
Seputar Indonesia

Pengakuan Wanita Korban Pemukulan Satpol PP Gowa Soal Kehamilan

451
×

Pengakuan Wanita Korban Pemukulan Satpol PP Gowa Soal Kehamilan

Sebarkan artikel ini

Gowa | puterariau.com,

Peristiwa pemukulan Satpol PP terhadap seorang perempuan di Gowa saat penertiban PPKM Darurat menyedot perhatian publik nasional. Kabar yang beredar, perempuan yang dipukul itu tengah hamil 9 bulan. Pengakuan mengherankan telah muncul dari wanita korban pemukulan oknum Satpol PP.

Wanita korban pemukulan Satpol PP Gowa Sulawesi Selatan pada Rabu (14/7) malam itu bernama Amriana. Menurut pengakuan Amriana terkait dengan kondisi kehamilan, perutnya kembang kempis dan kadang membesar tapi kadang juga kecil lagi.

“Bisa buka semua FB saya, tiap bulan, tiap bulan, perut saya bagaimana, bagaimana. Kadang ini besar, sebentar agak kempis, sebentar besar, sebentar kempis,” kata Amriana dalam video yang viral di media sosial, Jumat (16/7/2021).

Dia mengaku mendapat kabar bahwa dirinya hamil dari mulut seorang tukang urut dan kehamilannya tidak bisa dibuktikan secara medis.

“Jadi saya kalau ke dokter memang tidak bisa (dibuktikan hamil), tidak dapat,” kata Amriana.

Selanjutnya, Amriana juga mengaku mendapat intimidasi dari oknum dokter di salah satu rumah sakit di Gowa. Dokter memaksa pembuktian kehamilan lewat tes USG. Namun, Amriana menolak tes USG dengan alasan kondisinya belum stabil usai insiden pemukulan oleh Satpol PP Gowa.

“Kondisi saya tidak stabil, masih sedikit sesak sama kepala (pusing), agak tidak bisa berdiri, duduk sendiri pun sekitar 5 menit drop kembali. Sakit (kepala) sebelah kanan sampai ke belakang,” ungkap Amriana

Pihak pengacara Amriana, Ari Dumais, mengatakan hamil atau tidaknya korban tak ada hubungannya dengan aksi penganiayaan. Ari Dumais pun mengaku sempat mencari oknum dokter yang memaksanya melakukan pemeriksaan kandungan.

“Nah inilah pada saat saya ke sana (RS) juga saya mencari dia ternyata dia sudah pulang. Dan saya ketemu pihak humas (rumah sakit) sekarang ini sementara menyelidiki, benar tidak perlakuan ini kan. Itu bisa dibuktikan CCTV, ya,” kata Ari Dumais.

Amriana lantas pindah ke RS Ibnu Sina, Makassar, supaya lebih aman dari gangguan. Rencananya, mereka akan melaporkan sikap dokter itu ke polisi dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

“Jadi kami akan rencanakan akan melapor ke Polda juga ke untuk etik kami akan lapor ke IDI Sulsel,” kata Ari

Sementara itu, Kepala Bidang Komunikasi Kabupaten Gowa Arifuddin Zaeni memastikan bahwa Amriana tidak hamil. Ia merasa yakin dokter tak akan melakukan intimidasi seperti yang dilaporkan. Dia menyebut dokter memiliki kode etik profesi yang menjadi pedoman saat bekerja.

“Saya percaya bahwa dokter tidak akan melakukan tindakan-tindakan seperti itu. Kenapa karena kita memahami dan mempercayai namanya kerja profesi. Kenapa karena ada kode etik yang dia pakai,” katanya.

Secara terpisah, Ketua IDI Sulsel Muhammad Ichsan Mustari mengaku dia belum bisa memberikan tanggapan atas dugaan intimidasi karena oknum dokter yang dimaksud harus jelas. Dia juga menyebut pihaknya belum menerima laporan resmi atas dugaan intimidasi tersebut.

“Coba kasih datanya deh supaya saya bisa lihat dokternya siapa. Belum ada, belum ada laporan resmi, kan mesti resmi juga dong,” katanya saat dihubungi media.[***]

Source : detiknews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *