fbpx
Example 728x250
BeritaBreaking NewsDaerahHedalineInternasionalNasionalPelalawanPelalawanRiauSeputar Indonesia

Taman Nasional Tesso Nilo Kembali Berduka Atas Kematian Anak Gajah Bernama Tari.

48
×

Taman Nasional Tesso Nilo Kembali Berduka Atas Kematian Anak Gajah Bernama Tari.

Sebarkan artikel ini

 

Tari anak gajah di Taman Nasional Tesso Nilo Yang mati,(Doc.Btntn).

PELALAWAN – Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) kembali berduka. Seekor anak gajah Sumatera bernama Tari, yang dikenal luas sebagai adik angkat dari gajah jinak legendaris Domang, ditemukan mati pada Rabu pagi,(10/09).

Kabar duka ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala Balai TNTN, Heru Sumantoro, yang menyampaikan bahwa Tari ditemukan dalam kondisi tak bernyawa saat rutinitas pengecekan lapangan oleh para mahout (pawang gajah).

“ Pagi tadi saat pengecekan, Tari sudah dalam keadaan mati. Padahal semalam dia masih tampak sehat dan aktif,” Ujar Heru.

Kematian Tari mengejutkan banyak pihak, mengingat tidak ada tanda-tanda sakit yang terlihat sebelumnya. Guna mengetahui penyebab pasti, tim dokter hewan segera melakukan nekropsi (bedah bangkai) dan mengambil sejumlah sampel organ untuk dikirim ke laboratorium di Bogor.

“ Gajah ini memang kadang terlihat sehat tapi bisa tiba-tiba mati. Kami masih menunggu hasil laboratorium untuk kepastian penyebabnya,” Tambah Heru.

Tari bukanlah gajah biasa. Ia lahir di tengah perjuangan panjang menyelamatkan populasi gajah Sumatera yang kian terancam punah. Sejak kecil, Tari diasuh dan dilatih oleh para mahout, serta kerap tampil bersama Domang dalam berbagai program edukasi dan kampanye konservasi.

Kehadiran Tari menjadi semacam simbol harapan dan semangat baru dalam dunia pelestarian satwa liar, khususnya gajah di Sumatera. Sosoknya yang jinak dan bersahabat telah menyentuh hati banyak pengunjung dan pegiat lingkungan.

Kehilangannya tentu menjadi luka mendalam, tak hanya bagi para mahout yang merawatnya setiap hari, tapi juga bagi seluruh tim konservasi di TNTN dan masyarakat luas yang mengikuti kisahnya.

Kematian Tari menjadi pengingat bahwa upaya konservasi satwa tidak pernah mudah. Gajah Sumatera masih berada di ambang kepunahan akibat berbagai ancaman seperti perambahan hutan, konflik satwa-manusia, hingga lemahnya penegakan hukum lingkungan.

Peristiwa ini menjadi momen reflektif sekaligus seruan keras agar perhatian terhadap pelestarian satwa liar semakin ditingkatkan.

“ Tari adalah bagian dari perjuangan besar kita. Kami sangat kehilangan, tapi kami juga berkomitmen untuk terus menjaga dan melindungi gajah-gajah lain yang tersisa,” Tutup Heru.

Editor : PR.
Sumber : Riausindo.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *