fbpx
Example 728x250
Breaking NewsSosial dan Politik

Trump Menolak Menyerah Kepada Biden, Membuat Pendukungnya Marah Dan Tunda Transisi Pemerintahan

582
×

Trump Menolak Menyerah Kepada Biden, Membuat Pendukungnya Marah Dan Tunda Transisi Pemerintahan

Sebarkan artikel ini
Pendukung Presiden AS Donald Trump duduk di "Patriot Elk" yang sebelumnya dikenal sebagai "Nightmare NElk" selama protes "Stop the Steal" setelah pemilihan presiden AS 2020 dipanggil untuk calon Demokrat Joe Biden di Salem, Oregon, AS, 14 November

PUTERARIAU.com | – Transisi pemerintahan Trump ke pemerintahan terpilih Joe Biden tetap dalam ketidakpastian politik pada hari Minggu (15/11/2020). Pasalnya, Donald Trump dari Partai Republik menolak untuk menyerak dan malah menekan penipuan yang tidak berdasar, menghentikan proses normal pemerintah dalam mempersiapkan administrasi presiden baru.

Kampanye telah mengajukan tuntutan hukum yang berusaha untuk membatalkan hasil pemilu di beberapa negara bagian, meskipun tidak berhasil. Para ahli hukum mengatakan bahwa proses pengadilan hanya memiliki sedikit peluang untuk mengubah hasil pemilu pada 3 November lalu. Pejabat pemilu dari kedua partai mengatakan tidak ada bukti penyimpangan besar.

Seorang pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump adu mulut dengan pengunjuk rasa anti fasis.

Seperti dikutip dari Reuters, dalam pawai demontran pendukung Trump tertulis slogan “Pawai sejuta MAGA,” yang mengacu pada slogan kampanye  Donald Trump, “Buat Amerika Hebat Lagi,”. Hal tersebut menarik kerumunan pendukung yang melambai – lambaikan ke pusat kota Washington pada hari Sabtu (14/11/2020) lalu.

“Ratusan ribu orang menunjukkan dukungan mereka di DC, mereka tidak akan mendukung Pemilu yang dicurangi dan korup!” tulis presiden Trump di Twitter, meskipun sebagian besar perkiraan kerumunan jauh di bawah angka Trump.

Dalam aksi pawai tersebut awalnya berlangsung dengan damai, namun pada akhirnya banyak perkelahian yang terjadi antara pendukung pro dengan Trump dan pendukung yang kontra.

Seorang pria didorong oleh polisi Metropolitan Washington ketika terjadi bentrok antara pendukung Trump dan pengunjuk rasa anti fasis didepan Hotel Capital Hilton. 

Sebagaimana kita ketahui, Joe Biden telah memenangkan 306 suara dalam sistem Electoral College negara bagian yang menentukan pemenang presiden, menurut Edison Research, jauh lebih banyak dari pada 270 suara yang dibutuhkan untuk mendapatkan suara mayoritas. Sementara Donald Trump memperoleh jumlah suara elektoral yang sama pada tahun 2016 atas kandidat dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Sebuah kemenangan yang disebutnya “telak” terlepas dari kenyataan bahwa dia memenangkan suara rakyat nasional. Biden juga memenangkan suara populer. Beberapa negara bagian masih menghitung suara, Biden memimpin atas Trump dengan suara lebih dari 5,5 juta suara atau sekitar 3,6 %.

Dengan peluang untuk membalikkan hasil yang hampir padam, Trump terlah berdiskusi dengan penasihat potensi usaha media yang akan membuatnya menjadi sorotan menjelang kemungkinan tawaran Gedung Putih pada 2024.

Namun, klaim publik pendukung Trump tentang pemilihan yang dicurangi telah mencegah Biden dan timnya untuk mendapatkan akses ke ruang kantor pemerintah dan pendanaan yang biasanya diberikan kepada pemerintahan yang akan datang untuk memastikan transisi yang mulus.

Agen federal yang bertanggung jawab menyediakan sumber daya tersebut yakni Administrasi Layanan Umum belum mengakui kemenangan Biden. Sebab, negara bagian sedang dalam proses mengesahkan hasil pemilu. Electoral College bertemu untuk memilih presiden baru pada 14 Desember mendatang.

Ron Klain menjelaskan minggu ini bahwa transisi diperlukan cepat untuk memastikan pemerintah siap meluncurkan vaksin corona potensial awal tahun depan. Pandemi Covid-19 yang semakin marak di Amerika Serikat tetap menjadi prioritas utama Biden. Amerika Serikat mencatat rekor harian kasus baru pada hari Jumat selama empat hari berturut – turut. [***/reuters]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *