Pekanbaru, (puterariau.com)
Industri manufaktur sebagai penopang ekonomi nasional memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena memegang peranan penting dalam perdagangan internasional dan bisa menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan produk dari negara lain. Oleh karena itu, UNIED (University Network For Export Development), sebuah jaringan perguruan tinggi yang berfokus pada pengembangan daya saing ekspor nasional yang diinisiasi oleh LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) mengadakan kegiatan FGD (Focus Grup Diskusi) pada Jumat (23/03) di Rektorat Lantai 2 DPH.
Topik yang diangkat pada FGD ini adalah ‘Pengembangan Industri Manufaktur dan Industri Pendukung’ dengan sub topik kawasan Industri, infrastruktur pendukung industri, hilirisasi agro industri, pembiayaan industri, lembaga riset industri, dan topik lain pendukung pengembangan industri. Undangan FGD tersebut langsung ditandatangani oleh Direktur Eksekutif UNIED, TM. Zakir Sjakur Machmud Phd.
Sebagaimana diketahui, industri manufaktur utama yang menjadi penopang ekspor adalah minyak kelapa sawit dengan tujuan utama Tiongkok, Amerika, Jepang, India dan Singapura. Untuk meningkatkan peran industri manufaktur terhadap output dan ekspor, perlu industri berorientasi ekspor.
Apalagi kontribusi ekspor indutri Indonesia mencapai 22% dan tahun 2018 ini ditargetkan tumbuh sebesar 5,67% yang berhasil menyerap 16,3 juta tenaga kerja pada tahun 2017 lalu. Pada tahun 2017 lalu, kontribusi industri manufaktur mencapai 76% atau sekitar USD 125 miliar dari total ekspor nasional.
Dijelaskan bahwa tujuan Forum Grup Diskusi ini untuk mengidentifikasi hambatan dan masalah pengembangan industri manufaktur dan industri pendukung ekspor Indonesia, menginventarisir dukungan dan peluang kelembagaan industri manufaktur, mengevaluasi regulasi yang menghambat industri manufaktur dan industri pendukungnya, serta bagaimana langkah perguruan tinggi dalam mengimplementasikan pengembangan industri manufaktur dan industri pendukung ekspor Indonesia. (eka/tamba)