Pekanbaru, (puterariau.com)
Peristiwa penghadangan terhadap deklarator #2019GantiPresiden, Neno Warisman di areal Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau Sabtu pekan lalu hingga kini masih menjadi perhatian publik.
Sejumlah elemen memberikan gambaran apa sebenarnya yang terjadi dalam peristiwa yang dapat dikatakan menghambat demokrasi tersebut. 2 orang anggota DPRD Provinsi Riau membeberkan kesaksiannya bagaimana tegangnya suasana.
Wakil Ketua DPRD Riau, Noviwaldy Jusman membenarkan bahwa memang ada perlakuan kasar dari aparat dan Kabinda saat kejadian. Bahkan ketika pihaknya membelikan makanan untuk Neno Warisman, pihak aparat tidak mengizinkannya.
Padahal, Neno yang tertahan hampir selama 7 jam dikabarkan belum makan dan minum sejak tiba di Bandara SSK II Pekanbaru. Artinya ada upaya perlakuan kasar yang disengaja dalam hal ini bagi deklarator yang memang ditunggu-tunggu rakyat Riau tersebut.
“Kami belikan makanan, tiba-tiba tidak boleh sama aparat. Ini kan melanggar hak asasi manusia. Tahanan saja dikasih makan. Ini kenapa seperti perang begini sampai makan dan minum tidak boleh dikasih. Kan kasihan sekali, memprihatinkan,” kata Noviwaldy Jusman, menceritakan suasana saat itu yang dikutip Putera Riau.
Selanjutnya, Noviwaldy menyarankan untuk membawa Neno Warisman ke VIP Bandara Lancang Kuning yang merupakan milik Pemprov Riau. Namun tiba-tiba ternyata Neno dibawa paksa masuk ke dalam pesawat dan diterbangkan ke Jakarta malam itu juga.
“Kita tidak tahu kalau ternyata (Neno) dipulangkan karena pada awalnya masih bernegosiasi,” ungkapnya.
Senada itu, turut disampaikan Ketua Komisi I DPRD Riau, Taufik Arrahman. “Semua pihak tahu soal penghadangan Bunda Neno di Bandara SSK II, Sabtu kemarin. Maka saya juga berinisiatif untuk turun karena beliau adalah tamu kita,” ujar Taufik, Selasa (28/8/2018).
Taufik mengatakan bahwa sesampainya ia di bandara ba’da Magrib, memang suasana sudah sangat ramai. Ia dan beberapa tokoh masyarakat lain mencoba untuk bicara dengan Kapolresta Pekanbaru. Semua mengutarakan kalau sebaiknya Neno diberi waktu untuk istirahat sebab Neno adalah tamu di Riau.
Taufik juga membenarkan kalau dalam proses negosiasi itu sempat berdebat dengan Kapolresta Pekanbaru karena mereka meminta agar pihak kepolisian memberi kelonggaran kepada Neno Warisman untuk istirahat.
“Namun, Kapolres tetap tidak mau melepaskan, alasannya mereka sudah diperintahkan seperti itu. Akhirnya terjadilah perdebatan antara saya dan Kapolres, aparat kepolisian mengambil keputusan untuk memulangkan Neno secara paksa. Dan Neno dibawa ke bandara dengan pengawalan petugas,” ungkapnya yang dikutip.
“Saya ikut antar ke bandara sebagai adab tuan rumah mengantar tamu yang mau pulang. Namun, saat mobil berhenti di bandara, memang Kabinda Riau ada di sana, dan sempat terjadi keributan antara Kabinda dan pengiring Neno. Saya memang sempat menahan terjadinya keributan, dan akhirnya memang Neno Warisman harus dipulangkan,” katanya.
Namun, dari info yang beredar di WA Grup, Neno Warisman menyebutkan kebrutalan aparat yang dialaminya di Pekanbaru. Bahkan, Kabinda pun berteriak dengan ancaman. Mobil yang ditumpangi pun dilempari dengan batu.
Dari kejadian tersebut, sudah bukan merupakan rahasia umum lagi ada kesalahan dan kebrutalan dalam peristiwa penghadangan terhadap seorang emak-emak deklarator Ganti Presiden. Artinya adalah, ada ketakutan pihak tertentu atas kekuatan #2019GantiPresiden ini. Lihat saja faktanya…. (pr/rls)