Pekanbaru, (puterariau.com)
Hari ini, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam peradaban suatu bangsa, sebab jika salah dalam memilih kepemimpinan, tentunya akan menghancurkan peradaban bangsa itu sendiri. Tak terkecuali di Kota Pekanbaru, Propinsi Riau yang merupakan ikonnya seluruh Kabupaten/Kota yang ada.
Pekanbaru adalah barometer Provinsi Riau. Jika Pekanbaru bermasalah, maka orang akan melihat bahwa pasti ada sesuatu yang salah dalam kemimpinan Kota Pekanbaru itu sendiri. Kenapa demikian? Karena sebagai ibukota Propinsi Riau, seharusnya Pekanbaru lebih maju dan berkembang, bukan malah jalan di tempat.
Kita bisa menilai apa yang terjadi hari ini ? Pekanbaru sedang tidak baik-baik saja kondisinya. Boleh dikata, Pekanbaru sedang mengalami hancur-hancuran. Terutama dalam manajemen pemerintahan akibat warisan pemimpin sebelumnya. Ironisnya, Kota Pekanbaru hari ini birokrasi Pemerintah Pekanbaru mengalami cacat admistrasi sehingga mendapat catatan kecil dari Mendagri untuk dibenahi. Kemudian, Anggaran APBD mengalami defisit anggaran akibat ulah tangan yang ‘bermain’ anggaran, sehingga hari ini anggaran ASN yang telah dimutilasi itu, harus ditanggulangi dengan cara Rasionalisasi anggaran dan mengurangi anggaran-anggaran lainnya. Wah…
Namun kita tidak bisa juga memungkiri keberhasilan Kota Pekanbaru. Banyak yang telah ditorehkan penghargaan demi penghargaan diraih oleh Kota Pekanbaru. Akan tetapi, penghargaan itu belum dapat menyentuh akar permasalahan yang terjadi di Kota pekanbaru. Banjir, Sampah dan insfratruktur jalan masih menjadi momok menakut kan bagi warga kota Pekanbaru.
Di hari ulang tahun Kota Pekanbaru yang ke-240, publik berharap agar Pekanbaru kembali kepada khittahnya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Menjadi kota yang maju dan bermarwah serta menjunjung adat Melayu sebagai cikal bakal dari peradaban Kota Pekanbaru itu sendiri.
Hari ini, Pemimpin Pekanbaru berusaha membenahi Kota Pekanbaru karena Seharusnya sebagai pemimpin harus berorientasi pada kemajuan dan peningkatan bukan malah kemunduran kota.
Ada satu adagium Arab yang populer di Indonesia tentang anak muda. Bunyinya kira-kira begini, “Syubbanul yaum, rijalul ghad”. Artinya, orang muda hari ini adalah tokoh masa depan. Namun, jika hanya muda dan pintar saja tapi tidak amanah, mustahil dia mampu menjadi pemimpin yang layak.
Apalagi hari ini, semua merasa layak jadi pemimpin namun pada hakikatnya dia bukanlah tipe pemimpin yang amanah. Berapa banyak yang mengaku mampu jadi pemimpin namun hanya menyengsarakan rakyatnya ??
Oleh karena itu, kedepan diharapkan bahwa pemimpin yang tampil di Kota Pekanbaru bukanlah pemimpin karbitan atau pemimpin anak kemarin sore. Dengan istilah ‘menang gaya kalah nasib’ sehingga setelah jadi pemimpin, rakyatnya yang semula aman, damai dan sejahtera malah jadi sebaliknya, sengsara.
Pemimpin itu tak baik membohongi rakyat, tentunya menjadi sebuah ‘alarm’ agar masyarakat Kota Pekanbaru berhati-hati terhadap pemimpin yang bertabiat pembohong. Pekanbaru itu sentra jasa dan perekonomian, seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan malah menyengsarakan rakyatnya.
Semoga di hari jadi yang ke-240 ini, Pekanbaru mendapat kado terbaik, yakni pemimpin adil yang amanah dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Semoga…
Oleh :
Fadila Saputra ( Dewan Pertimbangan Aliansi Media Indonesia ).
Cicit Panglima Perang / Hulubalang Kerajaan Siak Sri Indrapura suku Bentan