Pekanbaru, (puterariau.com)
Forum RT/RW sekota Pekanbaru menjadi sasaran mengatas namakan Surat Edaran Pemerintah Kota Pekanbaru. Hal ini membuat Forum RT/RW kota Pekanbaru mengadakan semacam perlawanan agar Surat Edaran itu dicabut oleh Sekretaris Kota Pekanbaru, HM Noer.
HM Noer dianggap bertindak kelewat batas dan offside. Tanpa sepengetahuan paduka yang mulia Walikota Pekanbaru, DR. H Firdaus ST MT melakukan serangkaian manuver di Pemerintah Kota Pekanbaru.
Kalau mengacu surat edaran tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 5 tahun 2007 tentang pedoman penataan Lembaga Kemasyarakatan, surat Edaran ini bisa dikeluarkan. Namun kenapa tidak jauh hari dikeluarkan sebelum DCT terbit. Hal ini membuat kegaduhan Caleg di Kota Pekanbaru yang diketahui banyak dari Ketua RT dan RW.
Setelah keluarnya Surat sakti yang berupa Surat Edaran (SE) bernomor 100/POTDA-462/VIII/2018, tertanggal 21 Agustus 2018 yang ditandatangani Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru HM Noer, Forum Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) se-Kota Pekanbaru akan mendatangi Sekko Pekanbaru, HM Noer MBS, Senin ini (27/8/2018), pukul 07.30 WIB.
Mereka meminta kejelasan dari Pemko Pekanbaru, dalam hal ini Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru yang meminta RT/RW mengundurkan diri jika maju jadi Caleg pada Pileg 2019. Sementara ketua LPM dan Karang Taruna tidak disuruh mundur.
“Kami akan temui Sekdako Pekanbaru. Kalau besok Sekko tidak menarik atau membatalkan SE ini, kita Forum RT/RW minta Sekdako Pekanbaru untuk mundur dari jabatannya,” kata Ketua Forum RT/RW Kota Pekanbaru, Bambang Hermanto, Ahad (26/8/2018).
Selain meminta mundur, jika SE nomor 100/POTDA-462/VIII/2018 tidak dibatalkan, maka pihaknya sepakat untuk memperkarakan hal ini ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
“Itu yang akan kami lakukan jika Sekko Pekanbaru tak membatalkan SE tersebut. Jika masih tetap bersikeras, kita juga akan serahkan 3.736 stempel ke Pemko Pekanbaru,” tegasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Zainal Arifin, dari Fraksi Gerindra Kota Pekanbaru yang mengatakan bahwa Sekdako bertindak offside dan keterlaluan. Ia menduga Sekdako di bawah tekanan sehingga bermain solo melakukan hal tersebut.
Zainal menyebut bahwa apa yang telah dilakukan oleh Sekdako Pekanbaru menciptakan kekisruhan di Kota Pekanbaru. Terkesan ada pesanan politis dari aksi ‘solorun’ Sekdako tersebut. (beni/fadil)