fbpx
Example 728x250
JakartaNasional

Ngeri Dengan Kekuatan Kata, Tim Kampanye Jokowi Tersinggung Dengan Puisi Jaenuddin Nachiro

1551
×

Ngeri Dengan Kekuatan Kata, Tim Kampanye Jokowi Tersinggung Dengan Puisi Jaenuddin Nachiro

Sebarkan artikel ini

Jakarta, (PR)

Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin menyebut puisi ‘Jaenudin Nachiro Namamu’ karya Waketum Gerindra Fadli Zon adalah puisi kebencian. Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno heran dengan reaksi kubu Jokowi.

“Emang ada yang namanya Jaenudin Nachiro? Kalau nggak ada, kenapa harus tersinggung gitu? Lucu saja tiba-tiba TKN Pak Jokowi tersinggung. Bang Fadli kan menyebut nama Jaenudin Nachiro itu bagian dari ekspresi beliau dapat inspirasi,” ujar juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Andre menambahkan, Fadli tidak secara spesifik menyinggung nama seseorang dalam puisinya. Andre bingung jika kubu Jokowi merasa tersinggung.

“Saya rasa ini bagian dari kebebasan berekspresi, bagian dari Fadli Zon yang punya jiwa seni. Beliau berpuisi, lalu tidak menyinggung siapa pun dan tidak menyebut Pak Jokowi, tapi Jaenudin Nachiro. Saya juga bingung kalau ada kubu Pak Jokowi merasa tersinggung dengan Bang Fadli ini. Kira-kira tersinggungnya di bagian mana ya?” kata Andre.

Senada dengan Andre, Jubir BPN Prabowo-Sandi, Faldo Maldini mengatakan puisi ‘Jaenudin Nachiro Namamu’ karya Fadli bisa jadi ditujukan kepada elit yang tidak serius bekerja untuk rakyat. Faldo meminta pihak yang tersinggung memberikan bukti dengan kinerja.

“Kalau melihat konten pusinya, Jaenudin Nachiro ini kan bisa saja metafora, belum tentu mengarah ke satu orang. Bisa saja Bang Fadli mengkritik elite-elite yang tidak serius bekerja untuk rakyat. Kalau ada yang merasa, tinggal beri saja bukti bekerja keras dengan indikator yang terukur,” kata Faldo.

Sebelumnya, TKN Jokowi-Ma’ruf menyebut puisi ‘Jaenudin Nachiro Namamu’ adalah puisi kebencian. TKN Jokowi menyinggung Fadli yang lulusan fakultas sastra, namun menyisipi puisinya dengan kebencian.

“Ini puisi kebencian. Sebagai karya sastra, puisi semestinya penuh keindahan. Sebagai alumni Fakultas Sastra, Fadli Zon semestinya paham itu. Tetapi karena syahwat politiknya lebih besar daripada cipta, rasa, dan karenanya, Fadli Zon memperkosa khitah puisi yang semestinya penuh keindahan menjadi penuh kebencian. Puisi yang semestinya abadi, menjadi bersifat sesaat karena disesaki kebencian,” ujar Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma’ruf, Usman Kansong melalui pesan singkat kepada detik yang dikutip Putera Riau.

Saat dimintai konfirmasi, Fadli enggan menjelaskan maksud puisi ‘Jaenudin Nachiro Namamu’. Dia juga tak menjelaskan siapa sosok ‘Jaenudin Nachiro’ yang dijadikan judul puisinya.

Jaenudin Nachiro Namamu

Jaenudin Nachiro namamu
Otak pas-pasan setengah dungu
Matamu menyala merah
Moncong putih berliur ludah

Jaenudin Nachiro namamu
Meniti realita padahal semu
Narasi pandir kosong tak berisi
Membuat malu seantero negeri

Nachiro sulap jadi pembalap
Naik chopper gaya alap-alap
Nachiro bermahkota ala raja
Bicara gagap tak punya data

Nachiro tunjukkan kuasa
Bikin sempurna mau ketawa
Nachiro kerja minus prestasi
Mengigau di tengah mimpi

Nachiro oh Nachiro
Potret zaman sontoloyo. (pr/rls/dtc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *